Di sebuah bukit yang menghadap ke Sungai Campuhan yang legendaris di Ubud, berdiri sebuah bangunan megah yang lebih mirip istana fantasi daripada sebuah museum biasa. Inilah The Blanco Renaissance Museum, kediaman, studio, dan kini menjadi monumen bagi Don Antonio Blanco, seorang maestro eksentrik yang sering dijuluki sebagai “Salvador Dali dari Bali”.
Mengunjungi museum ini bukanlah sekadar melihat koleksi lukisan. Ini adalah sebuah undangan untuk masuk ke dalam dunia pribadi seorang seniman yang flamboyan, di mana seni, puisi, arsitektur, dan kecintaannya yang mendalam terhadap Bali berpadu menjadi sebuah pengalaman teatrikal yang tak ada duanya.
Sang Maestro Eksentrik dan Muse Balinya
Lahir di Filipina dengan darah Spanyol dan Amerika, Don Antonio Blanco adalah seorang seniman karismatik yang berkelana ke seluruh dunia sebelum akhirnya menemukan surga dan inspirasi terbesarnya di Bali pada tahun 1952. Ia jatuh cinta pada pulau ini dan pada seorang penari Bali bernama Ni Ronji, yang kemudian menjadi istrinya sekaligus muse abadinya. Tema utama dalam hampir seluruh karyanya adalah perayaan terhadap keindahan dan sensualitas tubuh perempuan, terutama perempuan Bali.
Ketika Bingkai Menjadi Bagian dari Seni
Salah satu hal yang paling unik dari karya-karya Blanco adalah bingkainya. Ia tidak pernah puas dengan bingkai konvensional. Sebaliknya, ia merancang dan menciptakan bingkai-bingkai yang luar biasa rumit dan teatrikal, yang menjadi satu kesatuan tak terpisahkan dari lukisannya. Bingkai-bingkai ini seringkali berupa ukiran-ukiran fantastis yang melanjutkan narasi dari lukisan di dalamnya, mengubah setiap karya menjadi sebuah objek seni tiga dimensi.
Istana Fantasi di Tepi Jurang Campuhan
Museum ini sendiri adalah sebuah karya seni. Arsitekturnya merupakan perpaduan yang mewah antara gaya Spanyol dan ornamen-ornamen khas Bali, menciptakan sebuah istana impian yang megah. Dikelilingi oleh taman-taman tropis yang rimbun dan dihuni oleh burung-burung eksotis berwarna-warni yang bertengger bebas, suasana di sini terasa begitu hidup dan magis. Dari halamannya, Anda bisa menikmati pemandangan indah ke arah lembah hijau Campuhan.
Sebuah Warisan yang Hidup
Setelah sang maestro wafat pada tahun 1999, warisannya kini dilanjutkan oleh keluarganya. Museum ini dikelola dengan penuh cinta oleh anak-anaknya, termasuk putranya, Mario Blanco, yang juga seorang pelukis berbakat dan studionya berada di dalam kompleks museum. Hal ini memberikan nuansa yang sangat personal dan hangat pada museum, seolah-olah semangat Antonio Blanco masih hidup dan berkarya di setiap sudutnya.
Blanco Renaissance Museum adalah sebuah perayaan atas kehidupan, cinta, dan seni. Ini adalah destinasi wajib bagi siapa pun yang ingin melihat sisi Ubud yang lebih flamboyan, romantis, dan sedikit provokatif, serta memberi penghormatan kepada salah satu seniman ekspatriat paling ikonik yang pernah menyebut Bali sebagai rumahnya.